BILD PORONG-Pada Hari Jumat, 29 Januari 2010 pukul 13:52:16 WIB Dalam rangka pemanfaatan pulau buatan hasil pembuangan lumpur Sidoarjo akan dilakukan penanaman mangrove atau bakau oleh tiga menteri, yakni Menteri Kelautan dan Perikanan Dr Ir Fadel Muhammad, Menteri Pekerjaan Umum Ir Djoko Kirmanto Dipl HE, dan Menteri Lingkungan Hidup Prof Dr Ir H Gusti Muhammad Hatta. Rencananya, penanaman akan digelar Sabtu (30/1) di Base Camp KP 195, Porong, Sidoarjo.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Prov Jatim, Ir Kardani MM di Surabaya, Jumat (29/1) menjelaskan, pada rancangan kunjungan acara, pagi sekitar pukul 08.00 ketiga menteri akan menuju lokasi grounding breaking bersama dengan Gubernur Jatim, Dr H Soekarwo didampingi oleh Bupati Sidoarjo dan Kepala Bapel BPLS.
Sebelum melakukan penanaman akan dilakukan upacara di KP 195 melalui Bundaran Apollo. Lalu dilanjutkan dengan penanaman mangrove di sisi timur pusat semburan lumpur. Dalam kunjungan, Menteri Kelautan dan Perikanan juga dijadualkan melakukan telewicara dengan petani tambak dan nelayan. Sore hari, Menteri PU juga akan meresmikan Kapal Keruk di Kali Porong.
Untuk peserta yang akan dihadirkan pada penanaman, akan melibatkan masyarakat pesisir, instansi pemerintah, mahasiswa, LSM, media massa, dan pihak swasta yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan.
Dengan dilakukan penanaman, diharapkan mampu memberikan penyadaran terhadap seluruh lapisan masyarakat tentang pentingnya ekosistem mangrove. Selain itu, upaya ini juga menjadi pendorong masyarakat untuk ikut berperan dalam upaya penyelamatan dan perbaikan lingkungan pesisir dengan menanam mangrove secara mandiri.
Seperti diketahui, dari total hutan mangrove di Jatim yang seluas 85.000 Ha atau 6,24 persen dari luas hutan di Jatim, 15 persennya atau sekitar 13.000 Ha dalam kondisi rusak. Kerusakan rata-rata terjadi akibat tekanan karena fungsi kepentingan wilayah pesisir yang menyebabkan terjadinya penebangan mangrove.
Kepala Bidang Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim, Erjono menambahkan, ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan biota laut. Sehingga, kerusakan hutan mangrove tentunya sangat berdampak buruk bagi biota laut pesisir.
Ia menuturkan, secara biologis mangrove tumbuh di pantai yang landai dengan kondisi tanah berlumpur atau berpasir. Mangrove tidak dapat tumbuh lebat pada pantai yang terjal dan berombak besar. Sehingga, pertumbuhannya rata-rata pada wilayah muara atau delta sungai yang membawa aliran sungai dengan kandungan lumpur dan pasir yang menjadi media utama pertumbuhannya.
Pada sisi lain, sifat biologisnya yang tumbuh di kawasan peralihan antara daratan dan lautan tersebut menyebabkannya sangat rentan terhadap gangguan atau kerusakan. Gangguan dapat bersifat alami maupun buatan dari aktifitas manusia. Untuk proses kerusakan alami, rata-rata disebabkan karena abrasi pantai dan gelombang pasang besar, seperti tsunami dan angin topan.
Sedangkan dari gangguan atas akibat dari aktifitas manusia lebih banyak diakibatkan oleh adanya penebangan kayu, reklamasi pantai untuk perluasan pemukiman, industri, bisnis dan perluasan tambak untuk budidaya tambak maupun produksi garam.
Dari seluruh faktor kerusakan tersebut mampu menghilangkan ekosistem hutan mangrove yang selanjutnya dapat menghilangkan semua manfaat ekologis maupun ekonomisnya. Untuk itu, ia mengimbau pada seluruh masyarakat di sekitar pesisir untuk dapat bersama-sama menjaga kelestarian mangrove di Jatim. ”Dengan upaya konservasi dan rehabilitasi melalui penanaman ini, maka kerusakan tersebut dalam beberapa tahun ke depan pasti dapat berkurang,” pungkasnya. (Ronny & Tia)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar