Minggu, 24 Januari 2010
KESATUAN UMAT BERAGAMA SANGGAT PENTING BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT & DEMOKRASI YANG POSITIF
BILD SURABAYA-Pada Hari Jumat, 22 Januari 2010 Pukul 01:17:24 WIB
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Propinsi (BAPPE PROP) Jawa Timur Ir Hadi Prasetyo ME berkerja sama dengan TOKOH Agama menggadakan Acara Silaturahmi Nsional Lintas Agama & Suku Bangsa untuk Propinsi Jawa Timur sebagai pusat demokrasi di Indonesia. Kerukunan dan tokoh-tokohnya (lintas agama dan suku bangsa, red) luar biasa.
Hal ini dikatakan Gubernur Jatim Dr H Soekarwo, pada acara Silahturahmi Lintas Agama dan Suku Bangsa di GOR Sidoarjo, Kamis (21/1) malam.
Soekarwo mengatakan, silaturahmi ini dapat menjadikan Jatim sebagai pusat demokrasi di Indonesia. Ke depan diharapkan acara seperti ini tetap berlangsung hingga seterusnya.
Menteri Pertahanan (Menhan) RI Purnomo Yusgiantoro menuturkan, acara ini merupakan yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia. “Kita bisa memaknai secara baik arti Bhinneka Tunggal Ika sebagai satu kesatuan yang utuh. Untuk itu, kami mengimbau jangan mudah terprovokasi dari pihak yang ingin memecah belah kesatuan,” harapnya.
Sementara, itu Presiden World Conference on Religion and Peace (WCRP) KH. Hasyim Muzadi yang juha Ketua PBNU ini memaparkan, banyak sekali orang tidak bisa merasakan kehidupan beragama. Mengingat masih banyak tempat ibadah seperti masjid dan gereja yang kosong.
Dampaknya, sekulerisme (urusan negara dan agama terpisahkan) berkembang pesat. Seperti contohnya di Austria dan Norwegia, banyak sekali peristiwa di mana ketika ada orang beragama namun dia tidak mau toleransi. Sedangkan di Negara Indonesia, keberagaman patut untuk dijaga, karena adanya beragam agama saling bertoleransi.
Keadaan ini, menurut Hasyim, diperkuat dengan maraknya paham pluralisme yang berhembus kencang di masyarakat. Negara Indonesia termasuk Nahdlatul Ulama sangat dekat dengan pluralisme (sebuah kerangka di mana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi).
Dia menjelaskan, pluralisme dapat dilaksanakan ketika memasuki ranah masyarakat secara luas, namun ketika memasuki ruang individu, hal itu menjadi urusan orang yang bersangkutan. Diharapkan dengan adanya toleransi tidak merusak aqidah dan tidak menjadi ekstrem karena pemahaman internal agama.
Ketua Umum Panitia Lintas Agama dan Suku Bangsa, Ir Hadi Prasetyo mengatakan, dalam konteks kebangsaan, kemajemukan atau kebhinnekaan, baik suku, agama, ras, maupun aliran kepercayaan adalah sebuah realitas yang sudah diterima bersama sejak berabad silam.
Hadi menjabarkan, sebagai bangsa yang berlandaskan pada Pancasila, solusi kita terhadap pluralitas agama dengan mengakui dan menghormati perbedaan dan identitas agama masing-masing. Dengan demikian, tidak mengenal sikap memaksakan ajaran agama yang satu ke pemeluk agama yang lain.
“Dengan itu, tidak akan merusak tatanan rasa kemanusiaan kepada mereka yang berlainan agama karena dinilai tidak benar dan tidak bersesuaian dengan ajaran agamanya. Kebebasan beragama setiap orang bukan terhadap Tuhan, melainkan terhadap apa yang mereka yakini benar dalam pandangannya sebagai manusia,” ungkapnya.
Acara silahturahmi ini dihadiri semua tokoh agama masing-masing, yakni tokoh agama Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu, Konghucu. (Ronny & Tia)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar