Jumat, 22 Januari 2010
NOVEMBER 2009, KUNJUNGAN WISMAN KE JATIM CAPAI 16.413 ORANG
BILD SURABAYA-Pada Hari Selasa, 19 Januari 2010 Pukul 02:12:49 WIB Wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke tempat-tempat wisata di Jatim melalui pintu masuk Bandara Internasional Juanda Surabaya, selama November 2009 mencapai 16.413 orang atau naik 29,95 persen dibandingkan Oktober yakni 12.630 orang.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Erlan Indrocahyo di Surabaya, Selasa (19/1) mengatakan, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya naik 18,44 persen dari 13,858 orang pada November 2008 menjadi 16.413 orang pada November 2009.
"Itu karena Jatim kondisinya lebih aman dan situasi cuaca baik dan siap
dikunjungi para wisatawan dari negara manapun," katanya.
Wisman yang berkunjung didominasi dari Malaysia dengan jumlah 4.689 orang diikuti oleh Singapura 1.457 orang, Cina 862 orang, Jepang 601 orang, Taiwan 565 orang, AS 384 orang, Hongkong 302 orang, Belanda 283 orang, Australia 228 orang, India 213 orang dan wisman lain-lain 6.849 orang.
Sementara itu, jumlah Tempat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang mencapai 51,16 persen atau naik sekitar 1,57 persen dibanding dengan sebelumnya yang mencapai 49,59 persen. Itu berarti dari 100 kamar pada pada November yang tersedia pada hotel berbintang, setiap malam rata-rata terisi 51-52 kamar yang terjual atau dihuni wisman.
Dari klarifikasi jumlah kamar hotel, para wisman yang menginap di hotel berbintang tiga mencapai 55,77 persen, hotel bintang empat 50,04 persen dan terendah di hotel bintang satu 42,01 persen. Rata-rata lama menginap tamu (RLMT) asing tersebut di hotel berbintang pada November 2009 pertama mencapai 2,01 hari atau naik 0,07 persen dibanding Oktober 2009.
Dikatakannya, untuk RLMT Indonesia mencapai 1,51 persen atau naik 0,13 persen dibandingkan pada Oktober 2009. Secara keseluruhan rata-rata tamu menginap pada November 2009 mencapai 1,55 hari atau turun 0,12 hari dibanding Oktober 2009 yang mencapai 1,67 hari.
Berdasarkan status kewarganegaraan rata-rata tamu asing lama menginap 2,01 hari lebih lama 0,50 hari, dibanding rata-rata lama menginap tamu Indonesia yakni 1,51 hari. Para wisman yang berwisata ke Jatim paling banyak mengunjungi tempat wisata alam seperti Gunung Bromo di Pasuruan, Telaga Sarangan di Magetan, Telaga Ngebel di Ponorogo, Pemandian Selekta di Batu, Wisata Bahari Lamongan (WBL), dan Gua Maharani di Lamongan.
Selanjutnya, Air Terjun Sedudo di Nganjuk, Air Terjun Roro Kuning di Bajulan Nganjuk, Pantai Perigi Trenggalek, Gua Gong Pacitan, Gunung Kelud Kediri, Pantai Popoh Tulungagung, Kebun Binatang Surabaya (KBS), dan Pantai Watu Ulo Jember.
Selain itu, Taman Safari Pasuruan, Monumen Kapal Selam di Surabaya, Petilasan Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Watu Godek di Pantai Selatan Lumajang dan Pantai Grajakan di Banyuwangi serta wisata-wisata pantai lainnya yang ada di Jatim, termasuk Jembatan Suramadu sebagai objek wisata bahari yang baru.
"Setelah mengunjungi tempat-tempat wisata di Jatim, biasanya para wisma tersebut melanjutkan perjalanan wisata ke Pulau Bali dan DI Jogjakarta dan sekitarnya serta daerah-daerah wisata di Indonesia," katanya
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Provinsi Jatim Drs Djoni Irianto MMT mengatakan, saat ini Jatim telah memiliki lebih dari 758 objek wisata yang terdiri dari wisata budaya, alam, dan minat khusus.”Wilayah kita sangat luas, peninggalan seni budaya dan sejarah di Jatim sangat potensial untuk menjadi daya tarik wisata,” kata Djoni.
Dijelaskannya, wilayah Jatim yang sangat luas ini berpotensi untuk menarik wisatawan. Setiap daerah memiliki keunikan budaya dan keindahan alam seperti Ponorogo dengan kesenian Reognya, Problinggo dengan keindahan alam Gunung Bromo, atau Surabaya dengan kharisma wisata religinya. ”Dengan adanya Jembatan Suramadu saya harap, semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke Surabaya. Ini akan menjadi alternative tujuan wisata baik mancanegara atau wisatawan lokal,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakannya, mempromosikan potensi wisata yang dimiliki daerah, bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tugas masyarakat, pelaku usaha wisata, dan pemerintah daerah.”Dengan bersinergi maka sektor wisata akan semakin berkembang dan mampu menghidupkan ekonomi berbasis kerakyatan,” katanya (Ronny & Tia)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar