BILD JAKARTA – Pada Hari Senin, 25 Januari 2010 Polisi terus menelusuri jaringan sindikat pembobol ATM (anjungan tunai mandiri) perbankan. Dalam beberapa hari lagi, penahanan tersangka yang tertangkap akan dipindahkan secara terpusat di Mabes Polri. Langkah itu diambil agar penyidikan lebih mudah.
''Kami akan berkoordinasikan dengan polda,'' ujar Direktur II/ Ekonomi Khusus Brigjen Radja Erizman kemarin. Radja adalah ketua tim yang ditunjuk Kabareskrim untuk memimpin operasi pengungkapan pencoleng rekening para nasabah itu.
Menurut Radja, anggotanya masih berada di lapangan. ''Ada target-target yang berhasil dikembangkan dari penangkapan sebelumnya,'' kata mantan Kapolres Tangerang itu. Sejak tiga hari lalu, interogasi terus dilakukan secara terpisah.
Sumber Jawa Pos membeberkan, dari hasil interogasi tersebut, dugaan keterlibatan orang dalam perbankan semakin kuat. ''Si X ini adalah mantan pegawai sebuah bank,'' kata sumber itu.
Peran X dalam sindikat itu adalah menyuplai data sistem kontrol ATM dan data keamanan kamera CCTV. ''Pelaku yang ditangkap mengaku punya jadwal pemeriksaan rutin ATM dan tahu lokasi-lokasi yang kameranya gampang dibobol,'' katanya.
Si X juga diduga memberikan bantuan akses data nasabah kakap yang mempunyai rekening diatas puluhan juta. Selain itu, dia membantu memasukkan informasi digital ATM yang sudah dicuri PIN-nya menggunakan kamera ke kartu ATM palsu yang diperoleh dengan skimmer. ''Dia mencoba lari, tapi jejaknya sudah dapat,'' kata sumber itu.
Dikonfirmasi soal orang dalam perbankan itu Radja menolak berkomentar. Alasannya, penyidikan belum tuntas. ''Nanti saja. Pekan depan semua akan dibeber,'' kata mantan Kapolres Depok itu.
Secara terpisah, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Edward Aritonang membenarkan bahwa polisi sedang mendalami keterlibatan orang dalam. ''Hasilnya saya belum tahu. Tapi, sejak awal dugaan itu sudah ada,'' katanya.
Mantan tenaga ahli Lemhanas itu meminta publik sabar dan tidak cemas. Apalagi, sampai rush (penarikan uang besar-besaran) secara bersama-sama. ''Nasabah yang hilang uangnya akan diganti. Itu ada jaminan dari Bank Indonesia,'' kata Edward.
Ahli teknologi informasi digital ITB Dr Agung Harsoyo menilai, pembobolan ATM di sejumlah kota terjadi karena perbankan tak segera mengganti kartu ATM magnetik dengan kartu ATM berbasis chip. ''Jika kartu ber-chip itu smart card, kartu magnetik itu stupid card,'' kata Agung saat ditemui Jawa Pos di ITB Jumat lalu (22/01).
Menurut Agung, dengan kartu ber-chip, walaupun data nasabah tercuri, tidak mudah untuk mengkloning ke kartu lain. ''Ada sistem proteksi khusus yang berlapis-lapis," kata dosen Sistem Elektro dan Informasi ITB itu.
Selain itu, kartu ber-chip juga memudahkan pelacakan jika ada orang jahat yang bermaksud menggunakannya tanpa sepengetahuan pemilik. ''Sayangnya, inisiatif untuk itu belum muncul. Baru saat terjadi kasus seperti ini, ada kesadaran yang terlambat,'' katanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar