BILD SURABAYA-Pada hari Kamis 1 Desember 2011 Pukul 11:23 WIB BILD SURABAYA-Pada Hari Kamis 1 Desember 2011 pukul 10 WIB Dinas Perkebunan Provinsi JATIM bekerja sama dengan Badan Ketahanan Pangan Provinsi JATIM dan Dinas Pertanian Provinsi JATIM
Gebernur JATIM Dr H Soekarwo mengatakan hingga bulan November lalu, produksi gula Jawa Timur telah mencapai 1,1 juta ton. Jumlah itu akan terus bertambah mengingat proses panen tebu dan giling di berbagai pabrik gula (PG) masih terus berlangsung,jumlah produksi gula 2011 itu bisa meningkat 14 persen atau mencapai 1,25 juta ton di banding tahun 2010 yang hanya mencapai 1 juta ton.
Naiknya rendemen (perbandingan kadar gula terhadap berat tebu giling) mampu tentu sangat berpengaruh pada produksi gula. Saat ini rendemen di berbagai PG di JATIM cukup bagus, sehingga produski gula bisa lebih meningkat dari tahun lalu,” katanya Soekarwo saat di Puspa Agro Sidoarjo,
.
Guna memacu peningkatan produksi gula di Jatim, pemprov bersama Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengagendakan revitalisasi PG dengan anggaran dana khusus dari APBN sebesar Rp 9 triliun. Namun, hingga kini penyerapannya masih mencapai Rp 1,5 triliun saja, sehingga masih dana yang tersisa masih cukup besar yang bisa dimanfaatkan untuk revitalisasi PG di Jatim.
Menurut dia, revitalisasi PG ini memang cukup penting. Pasalnya, Jatim dikenal sebagai produsen gula terbesar dan menjadi pemasok hampir 50 persen dari total kebutuhan nasional. Artinya, dengan adanya dana yang bisa diambil untuk revitalisasi pabrik gula itu bisa diserap untuk pabrik gula di Jatim, karena potensinya yang masih sangat besar untuk bisa dikembangkan.
Selain revitalisasi, Soekarwo juga tetap membuka peluiang untuk pendirian PG baru di Jatim. Siapapun investor boleh membangun PG di Jatim, asal bukan di wilayah Tengah dan Selatan Jatim, karena sudah terlalu banyak. Peluang PG baru hanya bisa di wilayah Utara dan Madura,
Untuk wilayah Utara yang dimaksudkan Soekarwo, yakni dari Lamongan, Bojonegoro, dan tuban, serta untuk Madura, yakni bangkalan dan Sampang. Untuk Pamekasan dan Sumenep tetap diprioritaskan untuk sentra tembakau yang terkenal memiliki kualitas terbaik. Ia pun menegaskan, syarat utama bagi PG baru sangatlah sederhana, yakni bisa mengembangkan arela lahan tebu baru di wilayah PG dan mau teken MoU untuk memenuhi rendemen minimal 8 persen,” tegasnya.
Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir Moch Samsul Arifien MMA mengatakan, angka rendemen PG tertinggi di jatim kini diraih oleh PG pesantren baru Kediri milik PTPN X emncapai lebih dari 8,54 persen. Kini rata-rata rendemen tebu di seluruh PG milik PTPN X telah mampu mencapai 7,93 persen.
Sejauh ini, nilai rendemen PG yang dikelola PTPN X itu cukup tinggi. Terutama PG Pesantren Baru. Pada Agustus lalu masih 8,14 persen. Kini sudah lebih dari 8,54 persen. Ini pencapaian yang bagus,
Menurut Samsul selama ini persoalan perbedaan rendemen tebu di tiap PG, menjadi permainan pabrik. Kenyataannya, hal itu sering kali mengakibatkan kerugian bagi petani tebu. Ia memisalkan, ada petani yang hendak menjual hasil penennya ke salah satu PG dengan rendemen yang rendah. Dengan hasil panen yang sama jika dijual ke PG lain rendemen bisa lebih tinggi dan harganya bisa lebih mahal.
Perbendaan rendemen itu banyak disebabkan karena kualitas mesin di PG telah using. “Rata-rata PG dibangun sejak zaman Belanda. Untuk bisa meningkatkan rendemennya, maka perlu dilakukan hanya dengan cara revitalisasi PG,” tukasnya. (Ronny)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar