Minggu, 14 November 2010
RPTPN XI BARU MENGKAJI PENGGABUNGAN PG
BILD SURABAYA-Pada Hari Jumat, 12 Nopember 2010 Pukul 03:18:47 WIB Di tengah mencuatnya polemik dan kontroversi tentang rencana penggabungan sejumlah pabrik gula (PG) di Jatim, ternyata PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI mengaku baru pada tahap melakukan kajian. Dari hasil kajian diharapkan akan diketahui berapa kebutuhan tebu ideal untuk memenuhi kapasitas giling bagi PG bersangkutan agar dapat menghasilkan gula bermutu tinggi dan harga pokok (unit cost) bersaing.
Kebutuhan tebu diproyeksikan ke dalam luas areal lahan dan tingkat produktivitas agar sistem dan manajemen produksi yang berkelanjutan dapat dilaksanakan. “Jadi tidak mudah untuk melakukan amalgamasi (penggabungan) PG,” ujar Sekretaris Perusahaan PTPN XI Adig Suwandi saat ditemui di kantornya,
Lebih lanjut dia mengatakan, selain pertimbangan ekonomis dan finansial, tentu perusahaan mempertimbangkan pula dampak sosial yang ditimbulkan, termasuk bagaimana penyaluran tenaga kerja yang selama ini menggantungkan hidupnya dari PG.
Komunitas lokal yang selama ini mendapatkan multiplier effects PG juga menjadi pertimbangan. Oleh karena itu, PTPN XI berharap ada dukungan lahan dari pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat sekitar kalau memang PG tetap ingin dipertahankan keberadaan dan keberlanjutan operasinya. Menurutnya, pada era liberalisasi perdagangan sekarang, PG tidak hanya bersaing dengan sesama produsen di dalam negeri, namun juga yang ada di luar negeri. Momentum naiknya harga gula dunia yang sekarang mencapai kisaran USD 700-745 per ton FOB (harga di negara asal, belum termasuk biaya pengapalan dan premium) menyusul perubahan iklim yang berdampak terhadap menurunnya stok global. “Hendaknya ini mendapat perhatian serius untuk mengawali kebangkitan dan kejayaan kembali industri gula nasional,” katanya.
Tebu merupakan tanaman yang relatif tahan terhadap berbagai gejolak iklim, selain itu juga, dapat menjadi opsi bagi petani. Tugas PG adalah membina petani agar dapat menyelenggarakan praktek budidaya terbaik (best practices) dan mengolahnya menjadi gula kristal.
Dalam pertemuan koordinasi yang dihadiri Gubernur Soekarwo dan Wakil Gubernur Saifullah Yusuf, serta jajaran manajemen PTPN X dan XI, telah ditegaskan segera dibentuknya tim teknis yang antara lain bertugas menyusun grand strategy revitalisasi PG di Jatim. Setelah rampung, konsepnya akan dibahas bersama para Bupati/Walikota yang di daerahnya terdapat PG khususnya dalam penyediaan lahan yang memungkinkan tidak adanya lagi idle capacity.
PTPN XI berharap, nantinya semua tebu untuk sebuah PG berasal dari sekitarnya, bukan dari tempat yang jauh dengan konsekuensi ongkos transportasi mahal.
Adig memaparkan, kebutuhan ideal untuk tiga PG di Kabupaten Probolinggo (Wonolangan, Gending dan Padjarakan) yang secara keseluruhan berkapasitas 3.700 ton tebu per hari (tth), potensi lokal 140.000 ton dari 555.000 ton kebutuhan. Kekurangan tebu terpaksa diambilkan dari Lumajang yang mengalami surplus, dengan asumsi lama giling minimal 150 hari.
Secara finansial, bagi PTPN XI lebih menguntungkan karena memanfaatkan semua tebu Lumajang dengan meningkatkan kapasitas PG Djatiroto dari 5.500 menjadi 10.000 atau bahkan 12.000 tth. Tetapi dalam upaya menjaga keseimbangan tebu antar wilayah agar PG-PG Probolinggo tetap beroperasi, manajemen memutuskan peningkatan kapasitas PG Djatiroto baru ke arah 7.500 tth.
“Demikian pula tiga PG di Kabupaten Situbondo di luar Assembagoes (Wringinanom, Olean, dan Pandjie) dengan kapasitas total 4.500 tth, kebutuhan ideal tebu 675.000 ton, kemampuan lokalnya hanya 110.000 ton sehingga sisanya harus didatangkan dari tempat lain. lima PG lingkup PTPN XI di kawasan Madiun dan sekitarnya juga mengalami nasib serupa,” tambahnya.(Ronny & Tia)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar