Jumat, 21 Januari 2011
GEBENUR JATIM PEDULI PADA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
BILD SURABAYA-Pada Hari Rabu, 19 Januari 2011 Pukul 13:05:17 WIB Dinas Pertanian JATIM mengadakan Pertemuan Koordinasi “Dalam Rangka Evaluasi Pelaksanaan Jalin Kesra Penanganan Rumah Tanggah Sanggat Miskin (RTSM) & Persiapan Pelaksanaan Jalin Kesra Tahun 2011 di Gedung Bulog JATIM.
Kepala Dinas Pertanian Jatim, Ir Wibowo Ekoputro mengatakan, hingga kini pihaknya masih kesulitan mencukupi kebutuhan konsumsi kentang bagi warga Jatim. Ini karena kentang hanya bisa diproduksi di dataran tinggi dan itu masih terbatas di Jatim, sehingga masih disiasati dengan mengimpor.
Hingga kini Jatim masih belum bisa swasembada kentang. Guna menyiasati itu, pemprov melalui Dinas Pertanian tetap mengupayakan pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat dengan mengimpor kentang dari luar negeri. Namun, itu dilakukan hanya untuk kentang konsumsi (olahan) dan bibit saja.
Kentang konsumsi yang biasa diimpor adalah hasil olahan yang biasa dijual untuk rumah makan cepat saji dan itu jumlah kebutuhannya cukup besar. “Kentang lokal dan kentang impor kualitasnya beda. Yang dibutuhkan rumah makan capat saji itu kentang impor yang rasanya gurih dan lebih empuk, seperti kentang varietas atlantik,” katanya.
Guna memenuhi kebutuhan dari tingkat konsumsi kentang di Jatim yang cukup tinggi, kini pihaknya pun mencoba budidaya kentang impor itu dengan mengembangkan bibit. Pengembangan bibit kentang impor itu dilakukan Distan Jatim dengan selektifitas cukup tinggi. Ini karena dikhawatirkan bibit impor itu membawa hama dari luar dan ditakutkan akan menular di Jatim. Sehingga, pihaknya pun akan memperketat pengawasan masuknya bibit baru mulai dari proses kedatangan hingga selama pembudidayaan berlangsung.
Kepala Bidang Pengolahan Hasil Pertanian Distan Jatim, Bambang Heryanto mengatakan, saat ini jumlah lahan pertanian kentang di Jatim seluas 7000 hektar. Dari tiap hektarnya, produksi kentang mampu menghasilkan sekitar 15 ton per hektar dan total hasil produksi mencapai sekitar 105.000 ton.
Dari hasil yang dicapai Jatim itu masih belum mencukupi kebuthan konsumsi kentang Jatim. Sehingga, Jatim pun selain impor luar negeri juga mendatangkan kentang dari Jawa Tengah. Untuk kentang impor olahan, Jatim mendatangkan dari Amerika Serikat (AS). Bahkan kentang beku olahan ini diyakini akan membanjiri pasar Jatim karena besarnya permintaan masyarakat di provinsi ini terhadap komoditas tersebut pada tahun 2011 ini.
Estimasi kenaikan permintaan pasar kentang beku mencapai 50 persen dibandingkan pencapaian pada tahun 2010. Tahun lalu, pengiriman kentang beku dari AS ke Jatim hanya sekitar tiga kontainer per bulan atau mencapai 30 ton hingga 40 ton per bulan. Tahun ini, diyakininya pengiriman akan meningkat menjadi lima kontainer per bulan.
Peningkatan itu dipicu peluang pasar kentang beku di Indonesia terbuka lebar. Apalagi, penambahan jumlah kafe dan restoran yang semakin banyak ikut memberikan kontribusi. Selain itu, besarnya permintaan terhadap kentang beku dikarenakan cara memasaknya yang sangat sederhana paling digemari masyarakat Indonesia termasuk Jatim.
Terkait penyerapan terbesar kentang beku AS, ia mengaku, rinciannya 70 persen oleh pebisnis restoran dan kafe. Sedangkan 30 persen lainnya dikonsumsi konsumen dari kalangan rumah tangga. Namun, ia optimistis pola konsumsi pasar rumah tangga bisa semakin membesar pada tahun ini. Terlebih, masyarakat di tingkat tersebut menilai penyajian kentang beku lebih sederhana dibandingkan mengolah makanan lain.
Ke depan, dengan adanya pengiriman kentang beku AS ke Indonesia terutama Jatim dapat memperat jalinan kerja sama ekonomi kedua negara. "Sebaliknya Indonesia semakin mendapat kemudahan ketika mengirimkan komoditas unggulannya ke AS," katanya. (Ronny & Tia)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar