BILD SURABAYA-Pada Hari Selasa,
18 Oktober 2011 pukul 9 WIB Kepala
Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jatim, Ir Ahmad Nurflakhi mengatakan,
jumlah produksi 2011 itu lebih sedikit dari tahun 2010 yakni 339.491 ton dan
pada 2009 355.260 ton. Terjadinya penuryunan jumlah produksi itu diakibatkan
karena luas areal tanam yang menyusut dari tahun ke tahun.
Menurut data yang dirilis Dinas Pertanian Jatim, produksi kedelai Jatim
tahun ini diprediksi mampu mencapai 319.215 ton dalam bentuk biji kering. Luas
itu terhitung dari produksi Januari-April sebanyak 78.422 ton, Mei-Agustus
84.940 ton, dan September-Desember 155.853 ton.
Untuk luas panen tahun ini mencapai 230.145 hektar. Itu merupakan kumulatif dari Januari-April seluas 59.366 hektar, Mei-Agustus 62.548 hektar, dan September-Desember seluas 108.231 hektar. Jumlah itu menyusut dari 2010 yang luasnya mencapai 246.894 hektar dan pada 2009 yakni 264.779 hektar, sedangkan dari aspek produktivitas, kedelai Jatim alami peningkatan. Tahun ini produktivitas rata-rata mencapai 13,87 kuintal/hektar, yakni dari Januari-april 13,21 kuintal/hektar, Mei-Agustus 13,58 kuintal/hektar, dan pada September-Desember mencapai 14,40 kuintal/hektar. Produktivitas kedelai 2011 ini lebih tinggi disbanding 2010 yakni 13,75 kuintal/hektar dan 2009 mencapai 13,42 kuintal/hektar.
Guna memenuhi target peningkatan produksi, pihaknya kini tengah menggandeng Dinas Kehutanan dan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) dengan memanfaatkan lahan hutan untuk ditanami kedelai. Selain itu, Distan juga berupaya mengembangkan varietas kedelai baru yang memiliki biji lebih besar, yakni jenis Grobakan, Baluran, dan Anjasmoro. Targetnya, dengan pengembangan intensifikasi lahan tanam kedelai hingga pemanfaatan lahan baru seperti lahan di hutan ini dilakukan agar Jatim dapat memenuhi kebutuhan stok konsumsi kedelai.
Takannya, kebutuhan konsumsi masyarakat Jatim pada kedelai masih cukup
tinggi. Dampak anomali cuaca juga membuat hasil tanam kedelai jadi berkurang.
Dengan begitu, solusi pengembangan varietas biji besar dan tanam di sekitar
hutan bisa menjadi alternatif. Adapun penanaman kedelai jenis khusus dengan
biji besar itu telah dikembangkan di Banyuwangi, Jember, Lumajang, Pasuruan,
dan Malang.
Kualitas kedelai biji besar pun diyakininya tak kalah baiknya dengan kedelai
impor yang selama ini masuk ke pasar Jatim.
Implementasi penanaman kedelai jenis khusus dengan biji besar juga masih
mengalami kendala proses penanaman dan perawatan yang cukup sulit. Sehingga,
petani pun kini juga masih cenderung menanam kedelai jenis biasa. Adapun
langkah penanamannya harus dilaksanakan secara teliti. Bahkan, peletakan benih
harus tepat baik jarak kedalamannya maupun lokasi penanamannya. Syarat
penanamannya memang harus di dataran medium atau tinggi. Kalau tidak dilakukan
hasil panennya tidak maksimal. (Ronnyr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar