BILD SURABAYA-Pada hari Jumat, 4
Nopember 2011 12 WIB Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jatim Ir Moch Samsul
Arifin MMA mengatakan, pengembangan kopi arabika itu juga mendapat rekomendasi
dari Gubernur JATIM Dr H Soekarwo untuk ditingkatkan lebih besar lagi, karena
permintaan pasar yang masih cukup tinggi.
Pada 2012 mendatang Pemerintah Provinsi (PEMPROV) JATIM melalui Dinas
Perkebunan Provinsi JATIM akan mengembangkan produksi kopi arabika hingga
mencapai 2.000 hektar. Produksi kopi dikembangkan di enam daerah yang memiliki
dataran tinggi di atas 800 meter di atas permukaan air laut (mdpl), yakni
Situbondo, Bondowoso, dan Jember masing-masing seluas 500 hektar, Kab Malang
300 hektar, serta Lumajang dan Kab Probolinggo masing-masing 100 hektar.
Produksi kopi arabika di
JATIM masih sangat terbatas. Sementara pasar untuk distribusinya masih terbuka
lebar dan bisa diekspor ke luar negeri,tetapi pengembangan kopi arabika yang
cukup sulit,karena harus memenuhi persyaratan teknis yakni di atas lahan dengan
ketinggian diatas 800 mdpl
.
Bpk Samsul mengatakan permintaan kopi arabika yang harganya tergolong lebih mahal dari pada kopi robusta ini masih cukup tinggi,sehingga potensi pengembangannya kini tetap akan diupayakan. Permintaan kopi arabika dunia masih tinggi, dan harganya jauh lebih bagus dari kopi robusta. Kalau robusta per kg Rp15.000, sedangkan arabika harganya bisa mencapai Rp 20.000 sampai Rp 25.000 per kilo, nah ini yang perlu kita kembangkan.
Bpk Samsul mengatakan permintaan kopi arabika yang harganya tergolong lebih mahal dari pada kopi robusta ini masih cukup tinggi,sehingga potensi pengembangannya kini tetap akan diupayakan. Permintaan kopi arabika dunia masih tinggi, dan harganya jauh lebih bagus dari kopi robusta. Kalau robusta per kg Rp15.000, sedangkan arabika harganya bisa mencapai Rp 20.000 sampai Rp 25.000 per kilo, nah ini yang perlu kita kembangkan.
.
Produksi kopi arabika Indonesia kini sudah menjadi terbesar ke tiga di dunia, setelah Colombia salah satu negara produsen kopi arabika jatuh. Kini peringkat pertama dan kedua masih diduduki Brazil dan Vietnam.
Produksi kopi arabika Indonesia kini sudah menjadi terbesar ke tiga di dunia, setelah Colombia salah satu negara produsen kopi arabika jatuh. Kini peringkat pertama dan kedua masih diduduki Brazil dan Vietnam.
Pada tahun 2011 Dinas Perkebunan
JATIM memprediksi produksi kopi di JATIM bakal menurun hingga 35 persen.terjadi
karena kopi yang bakal panen tahun ini proses pembungaannya terjadi tahun 2010
lalu saat terjadi anomali iklim, sehingga berpengaruh pada hasil yang dapat
dipanen. Berbeda pada tahun 2009 produksi kopi sanggat bagus dan pemasaran berlangsung
bagus pada tahun 2010.
Untuk luas areal tanam kopi di
JATIM hingga 2010 tercatat seluas 2010 seluas 95.266 ha. Adapun hasil
produksinya mencapai 56.200 ton dengan produktivitas rata-rata 798 kg/ha/tahun.
Dari luas tersebut, untuk kopi jenis robusta tercatat seluas 79.316 ha dan kopi
arabika 15.950, dengan produksi masing-masing 48.744 ton dan 7.456 ton biji ose
kering. Adanya anomali iklim tahun lalu cukup berdampak dan berpotensi
menurunkan hasil produksi tahun ini, namun berapa besarnya kini belum dapat
dikatahui,
Untuk sentra kopi robusta rakyat saat ini tebesar di Kabupaten Malang dengan luas 11.690 hektar, disusul Jember seluas 5.608 hektar. Di Lumajang luasnya mencapai 5.207 hektar, Banyuwangi 3.751 hektar, dan di Blitar 1.652 hektar. Sedangkan untuk kopi arabika rakyat berada di Kabupaten Pasuruan seluas 2.844 hektar, Probolinggo seluas 1.102 hektar dan Situbondo 806 hektar. Selebihnya menyebar di 19 kabupaten/kota lainnya.
Guna meningkatkan hasil
produksi kopi, pihaknya menargetkan rehabilitasi lahan tanam untuk komoditas
kopi robusta. Rencananya, rehabilitasi tersebut akan dilakukan di empat
kabupaten, yakni Madiun, Pacitan, Ponorogo, dan Tulungagung dengan total luas
lahan sebesar 200 hektar. Menurut dia, rehabilitasi ini perlu dilakukan agar
minat petani kebun lebih memilih pengembangan tanaman kopi bisa tercapai.
Artinya, dengan adanya rehabitasi tersebut, maka hasil produski bisa meningkat
untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri dan ekspor ke luar negeri.
Bpk Samsul mengatakan untuk tiga daerah
yaitu Madiun,Pacitan,Ponorogo masing-masing akan direhabilitasi lahannya seluar
40 hektar. Lahan tersebut akan ditanami kembali bibit kopi robusta sebanyak
5.000 batang dan diberi pupuk majemuk sebanyak 400 kg. Sedangkan di Tulungagung
lahannya lebih luas, yakni 80 hektar dan ditanani bibit sebanyak 10.000 batang
dan diberi pupuk majemuk sebanyak 800 kg. Rehabilitasi dilakukan untuk
mengganti bibit kopi robusta yang sudah tua atau rusak secara bertahap.
Rencananya tiap hektarnya ditanami 125 batang dan diberi pupuk majemuk 10 kg
per hektar. (Ronny)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar